Klasikal Conditioning
Nama saya Dwi Kartika Harahap, sekarang saya duduk di
semester II jurusan Psikologi. Pada hari Rabu kemarin, kami sedang mempelajari
topik klasikal conditioning pada mata kuliah PUM II. Saya memiliki sebuah
kasus, yaitu kasus yang terjadi pada diri saya sendiri. Sejak kecil saya takut
dengan hewan ampibi yaitu kodok/ katak. Karena banyak orang bilang ketika
digigit kodok maka akan sangat sakit dan berdarah. Bagaimana kasus saya ini
jika di kaitkan dengan teori klasikal conditioning?
pembahasan
Ketakutan saya terhadap hewan tersebut berawal dari teman
saya yang sedang bermain dengan hewan tersebut dan tiba-tiba tangan teman saya
digigit oleh kodok tersebut hingga berdarah dan juga banyak orang disekeliling
saya bilang seprti itu. Sejak peristiwa itu saya menjadi takut dengan kodok
karena jika kodok itu menggigit maka akan sakit dan berdarah dan samapai
sekarang saya masih takut dengan hewan ampibi tersebut.
saat ini saya akan mencoba untuk mengaitkan kasus saya dengan
sebuah teori yang ada pada klasikal conditioning. Saya membuat sebuah
permisalan yaitu :
digigit saya misalkan sabagai UCS
takut saya misalkan sebagai UCR
kodok/katak saya misalkan sebagai CS
sehingga : UCS- CS – UCR
jadi karena peristiwa itu selalu ada dalam pikiran saya yaitu
jika digigit kodok itu sakit dan berdarah maka saya takut, sehingga samapai
sekarang jika saya melihat kodok maka saya takut.
Operant conditioning
Pada topik pembelajaran kali ini yaitu mengenai operant
conditioning, saya akan menceritakan sebuah kasus yang saya alami sendiri
selama masa sekolah saya dahulu. Ketika saya masih sekolah, ayah saya selalu
menjanjikan sesuatu kepada saya jika saya berhasil mencapai suatu target
tertentu. Sebagai contoh, ketika saya duduk di bangku SMA saya selalu ingin
berprestasi, karena ketika saya berprestasi ayah selalu memberikan hadiah
kepada saya, seperti pada saat saya duduk di kelas 2 SMA, ayah saya membelikan
saya sebuah sepeda motor terbaru karena saya berhasil mencapai peringkat umum
di sekolah saya. pada saat itu hadiah yang membuat saya selalu ingin mencoba
untuk berprestasi kembali agar saya bisa mendapatkan hadiah lagi. Dan hal itu
kemabali terulang, pada saat kenaikan kelas 3, saya kembali berprestasi, dan
ayah saya memberikan hadiah kepada saya lagi sebagai penghargaan karena saya
telah berprestasi.
pembahasan
pada kasus saya kali ini, saya mencoba mengaitkannya dengan
teori operant conditioning, yaitu teori mengenai reinforcement positif ,
yaitu teori mengenai suatu konsekuensi dari sebuah perilaku yang memungkinkan
perilaku tersebut diulangi. Jika dikaitkan dengan kasus saya diatas, saya
membuat permisalan sebagai berikut :
hadiah sepeda motor saya misalkan sebagai respons
peringkat umum saya misalkan sebagai perilaku
pada reinforcement positif ada dua hal yang perlu di
perhatikan yaitu
Timing : jarak waktu
antara perilaku dengan respons harus tepat, tidak terlalu cepat atau terlalu
lama. Jika di kaitkan pada kasus saya yaitu ketika saya berprestasi pada
kenaikan kelas 2 maka hadiah harus di berikan tidak terlalu lama setelah
peristiwa itu, jika hadiah di berikan dengan jarak yang terlalu lama maka tidak
memiliki efek , begitu juga sebaliknya.
Consistency in the delivery of reinforcement : pemberian
respons harus konsisten terhadap perilaku, yaitu : jika saya pada kenaikan
kelas 2 berprestasi dan mendapatkan hadiah maka pada kenaikan kelas 3, saya
mendapatkan prestasi maka saya akan mendapatkan hadiah lagi dari ayah saya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar