happy bear stories

Senin, 09 April 2012

Psikologi Sekolah


1. Kedudukan psikologi sekolah dalam ilmu psikologi
Sekolah merupakan komponen yang sangat berkaitan dengan sistem pendidikan, dimana pendidikan merupakan salah satu ujung tombak kemakmuran bangsa. Dengan demikian perlu pemahaman yang utuh akan fungsi sekolah termasuk didalamnya peran psikolog sekolah, karakteristik siswa termasuk didalamnya anak-anak dengan kebutuhan khusus maupun anak-anak dari keluarga yang beresiko memunculkan problem pendidikan, hubungan atau interaksi antara orangtua, anak dan pihak sekolah. Selain itu juga perlu pemahaman akan berbagai metode pendidikan yang mempengaruhi kelancaran proses belajar siswa. Pendidikan altrenatif juga penting dipelajari sebagai salah satu komponen yang dapat dipertimbangkan dalam meningkatkan mutu pembelajaran.
Jika dikaitkan dengan perkembangan zaman, Pendidikan berkontribusi besar bagi masa depan anak. Sebagian besar waktu anak dihabiskan di sekolah, sehingga diperlukan kondisi sekolah yang mendukung untuk kemajuan anak. Disinilah peran psikologi sekolah, agar pengurs sekolah itu bisa membuat lingkungan yang kondusif bagi siswanya dan membuat siswa itu nyaman untuk belajar. Jadi dapat disimpulkan bahwa psikologi sekolah ini memilki kedudukan yang penting, baik dalam ilmu psikologi maupun bagi pendidikan.
2.      Perbedaan Psikologi Sekolah dengan Psikologi Pendidikan
Psikologi sekolah adalah salah satu bidang dari beberapa bidang psikologi pendidikan. Tujuan adanya psikologi sekolah adalah berusaha menciptakan situasi yang mendukung bagi anak didik dalam mengembangkan kemampuan akademik, sosialisasi, dan emosi.
Psikologi pendidikan merupakan gabungan dari psikologi perkembangan dan psikologi sosial, sehingga hampir sebagian besar teori-teori yang ada dalam psikologi perkembangan dan psikologi sosial digunakan di psikologi pendidikan. Tujuan mempelajari psikologi pendidikan adalah untuk mempelajari bagaimana manusia belajar dalam setting pendidikan, keefektifan sebuah pengajaran, cara mengajar, dan pengelolaan organisasi sekolah.
Jadi, dari kedua arti dan tujuan di atas, dapat kita lihat bahwa ada perbedaan antara psikologi pendidikan dan psikologi sekolah. Psikologi pendidikan adalah pokoknya, sedangkan psikologi sekolah adalah cabangnya. Psikologi pendidikan berhubungan dengan cara pengajaran, sedangkan psikologi sekolah berhubungan dengan dengan anak didik di sebuah instansi sekolah.
3.      Fungsi sekolah sebagai agen perubahan
Tidak bisa kita pungkiri lagi bahwa lembaga pendidikan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap corak dan karakter masyarakat. Belajar dari sejarah perkembanganya lembaga pendidikan yang ada di indonesia memiliki beragam corak dan tujuan yang berbeda-beda sesuai dengan kondisi yang melingkupi, mulai dari zaman kerajaan dengan bentuknya yang sangat sederhana dan zaman penjajahan yang sebagian memiliki corak ala barat dan gereja, dan corak ketimuran ala pesantren sebagai penyeimbang, serta model dan corak kelembagaan yang berkembang saat ini tentunya tidak terlepas dari kebutuhan dan tujuan-tujuan tersebut.
Dalam upaya meningkatkan mutu sumber daya manusia, mengejar ketertinggalan di segala aspek kehidupan dan menyesuaikan dengan perubahan global serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, bangsa Indonesia melalui DPR dan Presiden pada tanggal 11 Juni 2003 telah mensahkan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional yang baru, sebagai pengganti Undang-undang Sisdiknas Nomor 2 Tahun 1989. Undang-undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 yang terdiri dari 22 Bab dan 77 pasal tersebut juga merupakan pengejawantahan dari salah satu tuntutan reformasi yang marak sejak tahun 1998.
Perubahan mendasar yang dicanangkan dalam Undang-undang Sisdiknas yang baru tersebut antara lain adalah demokratisasi dan desentralisasi pendidikan, peran serta masyarakat, tantangan globalisasi, kesetaraan dan keseimbangan, jalur pendidikan, dan peserta didik.
Sebagai sistem sosial, lembaga pendidikan harus memiliki fungsi dan peran dalam perubahan masyarakat menuju ke arah perbaikan dalam segala lini. Dalam hal ini lembaga pendidikan memiliki dua karakter secara umum. Pertama, melaksanakan peranan fungsi dan harapan untuk mencapai tujuan dari sebuah sitem. Kedua mengenali individu yang berbeda-beda dalam peserta didik yang memiliki kepribadian dan disposisi kebutuhan. Kemudian sebagai agen perubahan lembaga pendidikan berfungsi sebagai alat:
1)      Pengembangan pribadi
2)      Pengembangan warga
3)      Pengembangan Budaya
4)      Pengembangan bangsa
4.      Metode yang digunakan dalam sistem pengajaran di sekolah
Model pembelajaran yang dilaksanakan saat ini mengacu pada prinsip-prinsip yang dikemukakan Bruner (Munandar, 2001) yaitu memberikan pengalaman khusus yang dapat dipahami peserta didik; pengajaran diberikan sesuai dengan struktur pengetahuan/keilmuan sehingga peserta didik lebih siap menyerapnya; susunan penyajian pengajaran yang lebih efektif dan dipertimbangkan ganjaran yang sesuai. Dalam pelaksanaan pembelajaran pada SKM/SSN tidak hanya ditekankan pada pencapaian aspek intelektual saja, melainkan dalam pembelajaran perlu diciptakan kegiatan dan suasana belajar yang memungkinkan berkembangnya semua dimensi dalam pendidikan, seperti: watak, kepribadian, intelektual, emosional dan sosial. Sehingga diharapkan tercapai kemajuan dan perkembangan yang seimbang antara semua dimensi tersebut.
Strategi pembelajaran yang sesuai untuk mencapai dimensi di atas, adalah strategi pembelajaran yang terfokus pada belajar bagaimana seharusnya belajar (Zamroni, 2000). Strategi ini harus menekankan pada perkembangan kemampuan intelektual tinggi, memiliki kepekaan (sensitif) terhadap kemajuan belajar dari tingkat konseptual rendah ke tingkat intelektual tinggi. Untuk itu metode pembelajaran yang paling sesuai antara lain metode pembelajaran induktif, divergen dan berpikir evaluatif. Pembelajaran model hafalan pada pembelajaran program siswa yang memiliki kemampuan lebih sejauh mungkin dicegah dengan memberikan tekanan pada teknik yang berorientasi pada penemuan (discovery oriented) dan pendekatan induktif.
Dari pemaparan di atas sesungguhnya pembelajaran yang terjadi merupakan impelemntasi dari model Dick dan Carey dimana peran guru atau tugas utama guru adalah sebagai perancang pembelajaran, dengan peranan tambahan sebagai pelaksana dan penilai kegiatan belajar mengajar (Riyanto, 2001). Dengan kata lain strategi belajar mengajar yang terapkan dalam mengajar pada SKM/SSN bukan hanya menekankan pada aspek intelektual saja melainkan pada juga pada proses kreatif dan berfikir tinggi dalam bentuk strategi belajar yang bervariasi yang harus diciptakan oleh guru secara kreatif.
Menurut Arends (2001) seorang guru dalam melaksanakan pembelajaran harus menampilkan tiga aspek penting. Ketiga aspek ini adalah: (1) kepemimpinan, (2) pemberian instruksi melalui tatap muka dengan peserta didik, (3) bekerja dengan peserta didik, kolega, dan orang tua. Untuk membangun kelas dan sekolah sebagai organisasi belajar, ketiga aspek tersebut harus terpadu.
Pada aspek kepemimpinan, banyak peran guru sama dengan peran pemimpin yang bekerja pada tipe organisasi lain. Pemimpin diharapkan mampu merencanakan, memotivasi, dan mengkoordinasi pekerjaan sehingga tiap individu dapat bekerja secara independen, dan membantu memformulasi serta menilai pencapaian tujuan pembelajaran. Dalam melaksanakan pembelajaran guru harus merancang dan melakukan pekerjaan secara efisien, kreatif, tampil menarik dan berwibawa sebagai seorang aktor di depan kelas, serta hasilnya harus memenuhi standar kualitas.
Pada aspek pemberian instruksi, guru dalam melaksanakan pembelajaran di kelas melalui tatap muka menyampaikan informasi dan mengarahkan apa yang harus dilakukan peserta didik. Pada apsek ini hal yang perlu diperhatikan adalah unsur konsentrasi atau perhatian peserta didik terhadap uraian materi yang disampaikan guru. Pada umumnya perhatian penuh peserta didik berlangsung pada 5 sampai 10 menit pertama, setelah itu perhatiannya akan turun. Untuk itu guru harus berusaha menjaga perhatian peserta didik, misalnya dengan memberi contoh penggunaan materi atau konsep yang diajarkan di lapangan.
Pada aspek kerja sama, untuk mencapai hasil pembelajaran yang optimal guru harus melakukan kerjasama dengan peserta didik, kolega guru, dan orang tua. Masalah yang dihadapi guru dapat berupa masalah di kelas, atau masalah individu peserta didik. Masalah di kelas dapat didiskusikan dengan guru lain yang mengajar di kelas yang sama atau yang mengajar mata pelajaran sama di kelas lain. Masalah individu peserta didik dibicarakan dengan orang tua peserta didik. Dengan demikian semua masalah yang terjadi di kelas dapat diselesaikan.
Pembelajaran pada dasarnya merupakan interaksi antara peserta didik dan sumber belajar. Pembelajaran di kelas terjadi karena ada interaksi antara peserta didik dengan guru. Guru tidak saja memberi instruksi, tetapi juga bertindak sebagai anggota organisasi belajar dan sebagai pemimpin pada lingkungan kerja yang komplek. Semua perilaku guru di dalam dan di luar kelas akan mempengaruhi keberhasilan kegiatan pembelajaran.
Model pembelajaran dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu model tradisional yang berpusat pada guru dan model konstruktivis yang berpusat pada peserta didik (Arends, 2001). Model pembelajaran tradisonal terdiri atas ceramah atau presentasi, instruksi langsung, dan pengajaran konsep. Model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik atau konstruktivis terdiri atas belajar kooperatif, instruksi berbasis masalah, dan diskusi kelas.
Ada dua hal utama yang perlu diperhatikan pada model pembelajaran sekolah mandiri, yaitu : (1) pembelajaran, dan (2) evaluasi. Peran utama guru di sekolah adalah melaksanakan pembelajaran. Pembelajaran merupakan kegiatan yang menggunakan teknik, metode, dan strategi yang sistematik untuk mengkreasi perpaduan yang ideal antara kurikulum dan peserta didik secara sistematik.
Teknik pembelajaran adalah bagian dari setiap metode, dan beberapa metode digabung menjadi strategi, yang merupakan kombinasi kemampuan dan keterampilan guru untuk menerapkan metode dan strategi pembelajaran. Teknik yang banyak digunakan antara lain : (1) menyampaikan informasi, (2) memotivasi, (3) memberi penguatan, (4) mendengarkan, (5) memberi dan menjawab pertanyaan, dan (6) pengelolaan.
Strategi pembelajaran adalah kombinasi metode yang berurutan dan dirancang agar peserta didik mencapai standar kompetensi. Menururt Kindsvatter, Wilen, & Ishler (1996:169) strategi formal yang dikembangkan berdasarkan penelitian pembelajaran yang efektif dan menekankan pada hasil belajar yang lebih tinggi adalah:
  1. Pengajaran aktif : fokus akademik, pembelajaran diarahkan oleh guru dengan menggunakan bahan yang terstruktur dan berurutan.
  2. Pembelajaran masteri: suatu pendekatan diagnostik individu pada pembelajaran di mana peserta didik melakukan pembelajaran dan diuji sesuai dengan kecepatannya untuk mencapai kompetensi.
  3. Pembelajaran kooperatif : penggunaan tutor sebaya, pembelajaran grup, dan kerjasama untuk mendorong peserta didik belajar.
Model pembelajaran pada SKM/SSN menekankan pada potensi dan kebutuhan peserta didik agar mampu belajar mandiri yang dibangun melalui komunitas belajar di kelas. Strategi untuk memotivasi peserta didik membangun komunitas belajar tersebut meliputi : (1) meyakini potensi peserta didik, (2) membangun motivasi intrinsik, (3) menggunakan perasaan positif, (4) membangun minat belajar peserta didik, (5) membangun belajar yang menyenangkan, (6) memenuhi kebutuhan peserta didik, (7) mencapai tujuan pembelajaran, dan (8) memfasilitasi pengembangan kelompok.
Secara ringkas prinsip pembelajaran pada SKM/SSN adalah :
1.      Berpusat pada peserta didik, yaitu bagaimana peserta didik belajar.
2.      Menggunakan berbagai metode yang memudahkan peserta didik belajar.
3.      Proses pembelajaran bersifat kontekstual.
4.      Interaktif, inspiratif, menyenangkan, memotivasi, menantang dan dalam iklim yang kondusif.
5.      Menekankan pada kemampuan dan kemauan bertanya dari peserta didik
6.      Dilakukan melalui kelompok belajar dan tutor sebaya.
7.      Mengalokasikan waktu sesuai dengan kemampuan belajar peserta didik
8.      Melaksanakan program remedial dan pengayaan sesuai dengan hasil evaluasi formatif.
5.      Permasalahan yang terjadi di sekolah dan solusi pemecahan masalah
-          Siswa tidak menyukai guru
Proses belajar mengajat kadang kala tidak berjalan dengan baik. Misalnya di sekolah. Masalah yang sering timbul adalah siswa terlambat masuk, tidak mengerjakan tugas dengan baik, melanggar peraturan sekolah, dll. Beberapa hal ini sering membuat para guru kewalahan. Sampai pada keputusan final harus dikembalikan kepada orang tua. kekacauan demi kekacauan yang diciptrakan oleh siswa sering membuat beberapa guru jengkel. Tak jarang semua guru mengenal siswa tersebut karena kenakalannya. Namun, jika kenyataan tersebut berbalik arah ? Siswa yang tidak suka pada gurunya.
“Sama gurunya aja ndak suka, apalagi pelajarannya”. “Gimana mau suka, yang ngajar nyebelin”. beberapa kalimat tersebut sering terlontar dari siswa yang tidak menyukai gurunya. Ada beberapa penyebab mengapa siswa tidak menyukai guru.
·         Penampilan yang kurang menarik. Menjadi seorang guru akan lebih banyak berada di muka kelas. Kalau penampilan guru tersebut tidak menarik, lamabat laun akan memacu kebosanan. Akibatnya siswa menolak untuk menerima kehadiran guru yang mereka anggap monoton tersebut.
·         Cara mengajar yang kurang pas. Kelas terdiri dari beragam siswa. Guru yang menerangkan pelajaran dengan lamban akan disenangi oleh murid yang memang kemampuannya terbatas. Namun, akan menjadi musuh bagi mereka yang bisa diajak belajar cepat. Begitu sebaliknya.
·         Memberikan tugas yang tidak wajar, tidak masuk akal, dan menyusahkan siswa.
·         Marah karena hal sepele.
·         Mempermalukan siswa di depan siswa lainnya.
·         Subjektif dalam memberikan nilai.
Beberapa faktor ini bisa menjadi alasan siswa tidak suka kepada guru. kalau ada murid yang tidak suka pada kita sebagai guru. Jangan marah, apalagi memberi nilai di bawah rata-rata. Segeralah intropeksi diri.
-          Adanya Bullying di sekolah
 
Setiap hari ratusan (bahkan ribuan) anak Indonesia mengalami ketakutan untuk pergi ke sekolah. Di seluruh dunia, jutaan anak punya masalah dengan bullying di sekolahnya. Bullying adalah suatu masalah besar ! Tidak hanya berdampak pada si anak yang mengalami bullying saja, tapi juga orang tua, guru, teman, dan lingkungan sekitarnya. Mengapa ?
Bullying sudah jelas, pasti menjadi problem psiko-sosial bagi si anak yang mengalaminya. Bullying kemungkinan besar akan luput dari pandangan orang tua, guru, atau orang dewasa lainnya. Mereka mungkin tidak akan memahami seberapa parah dampak bullying pada sang anak.
Apa sih bullying itu ? Secara definisi, bullying adalah suatu keadaan dimana seseorang “dikerjain” secara berulang-ulang oleh seorang atau sekelompok individu yang memiliki power yang berbeda. Yang saya maksud dengan “Power” di sini bisa berarti tenaga fisik atau posisi sosial (misalnya lebih kaya, lebih cantik, lebih bergengsi, dll).
Sedikitnya ada 2 masalah utama dibalik terjadinya bullying di sekolah : Penampilan, dan Status sosial. Pelaku bullying (disebut “Bully”) selalu memilih target / korban dari kalangan teman yang menurut mereka tidak cocok untuk bergaul bersamanya; bisa karena penampilan, sifat (misalnya pemalu, pendiam), ras, agama, atau suku. Dan pilihan target akan jatuh pada individu yang menurut mereka inferior atau di bawah strata mereka.
Bullying dapat terjadi secara fisik, psikologis, verbal, maupun seksual. Secara fisik contohnya dengan dipukul, dicubit, didorong, dijegal, dll. Secara psikologis misalnya dipermalukan di depan umum, dipanggil dengan nama cemoohan, dihasut, difitnah, barang-barangnya disembunyikan, dll. Secara verbal contohnya dicaci maki langsung, diteror (baik melalui telepon, sms, atau email). Secara seksual bisa terjadi dari yang paling ringan dicolek-colek, sampai yang paling parah diperkosa.
Hal yang paling menyakitkan dari bullying adalah : Berulang-ulang. Seseorang boleh saja bertengkar di sekolah, atau kesal karena dihukum oleh gurunya… Seminggu setelah itu, keadaan akan kembali normal, dan dia akan mengambil pelajaran dari kejadian yang tidak enak tadi. Oke, fine, problem selesai. Lain halnya dengan bullying, proses tadi terjadi berulang-ulang, setiap hari, setiap waktu istirahat, setiap ada kesempatan, selama bertahun-tahun…. akan jadi apa korbannya ???
Bila hanya terjadi satu atau dua kali memang tidak apa-apa. Tapi bila proses tersebut berulang terus-menerus, si korban bullying akan selalu berada dalam keadaan ketakutan yang konstan. Keadaan inilah yang secara psikologis berbahaya dan berpotensi menjadikan si anak memiliki kepribadian yang menyimpang. Anak akan berkembang menjadi pribadi yang tidak percaya diri, stress, depresi, cemas, bahkan secara statistik anak yang mengalami bullying pada masa sekolah berpotensi untuk melakukan bunuh diri. Seru kan ?
Belum lagi masalah fisiknya yang pasti akan ikut terganggu baik akibat bullying secara fisik (dipukul, ditendang, dll), maupun efek psikologis yang menjadi penyakit (dalam bahasa medis disebut Psiko-somatis); seperti sering sakit perut, gampang pusing, tidak nafsu makan, dan ujung-ujungnya gampang sakit.
Bullying adalah masalah besar. Bullying adalah kekerasan, yang akan semakin meningkat dengan berkembangnya usia si pelaku (Bully). Bukan berita baru bagi kita bila kita dengar ada anak yang meninggal di sekolah, meninggal di kampus, karena bullying atau orientasi yang berlebihan.
Bagi si pelaku bully… statistik menyebutkan bahwa 1 dari 4 anak yang dulu melakukan bullying pada usia sekolah memiliki catatan kriminal sebelum mereka menginjak usia 30. Sebagian dari mereka menjalani hidupnya sebagai sampah masyarakat, terasing dari lingkungan dan teman-temannya, gagal merintis karir dalam hidupnya, atau bahkan gagal dalam hidupnya….
         


Cara Mengatasi Bullying Di Sekolah
Upaya mencegah bullying di sekolah bisa dimulai dengan menciptakan budaya sekolah yang beratmosfer belajar tanpa rasa takut, melalui pendidikan karakter, menciptakan kebijakan pencegahan bullying di sekolah dengan melibatkan siswa, menciptakan sekolah model penerapan sistem anti-bullying, serta membangun kesadaran tentang bullying dan pencegahannya kepada stakeholders sampai ke tingkat rumah tangga dan tempat tinggal.
Menata lingkungan sekolah dengan baik, asri dan hijau sehingga anak didik merasa nyaman juga merupakan faktor yang sangat berpengaruh dan akan membantu untuk pencegahan.
Sekolah sebaiknya mendukung kelompok-kelompok kegiatan agar diikuti oleh seluruh siswa. Selanjutnya sekolah menyediakan akses pengaduan atau forum dialog antara siswa dan sekolah, atau orang tua dan sekolah, dan membangun aturan sekolah dan sanksi yang jelas terhadap tindakan bullying.
Ratiyono mengemukakan dua strategi untuk mengatasi bullying yakni strategi umum dan khusus.
Strategi umum dijabarkan dengan menciptakan kultur sekolah yang sehat. Ratiyono mendeskripsikan kultur sekolah sebagai pola nilai-nilai, norma, sikap, ritual, mitos dan kebiasaan-kebiasaan yang dibentuk dalam perjalanan panjang sekolah. Kultur sekolah dilaksanakan oleh warga sekolah secara bersama baik oleh kepala sekolah, guru, staf administrasi maupun siswa sebagai dasar dalam memahami dan memecahkan berbagai persoalan yang muncul.
Sedangkan strategi khusus adalah mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang menyebabkan terjadinya tindakan bullying di lingkungan sekolah, aktifkan semua komponen secara proporsional sesuai perannya dalam menanggulangi perilaku bullying, susun program aksi penanggulangan bullying berdasarkan analisis menyeluruh dan melakukan evaluasi dan pemantauan secara periodik dan berkelanjutan.

Saran
- Kepada Pihak Sekolah
Sekolah harus mempunyai peraturan dan tata tertib yang ketat kepada peserta didik untuk mengatur kehidupan siswa sehari-hari di sekolah.

- Kepada Guru/Guru
Bimbingan dan Konseling, memantau perubahan sikap dan tingkah laku siswa di dalam maupun di luar kelas, perlu kerjasama yang harmonis antara guru BK, guru-guru mata pelajaran serta seluruh staf dan karyawan sekolah.
-          Orang tua/Wali siswa
Sebagian besar waktunya siswa bersama keluarga, kerjasama orang tua/Wali dengan pihak sangat mutlak diperlukan untuk tercapainya tujuan pendidikan secara maksimal.
6.      Fungsi dan peran psikolog sekolah dan perlunya psikolog sekolah

PERAN PSIKOLOG DALAM DUNIA PENDIDIKAN

Dunia belajar mengajar (dunia pendidikan) merupakan salah satu lahan dari psikologi secara umum. Psikologi pendidikan berperan penting dalam peningkatan mutu siswa dengan menerapkan prinsip-prinsip psikologi kedalam dunia pendidikan. Psikologi dengan objek manusia (tingkah laku), sedangkan pendidikan berorientasi pada perubahan perilaku siswa, cocok untuk dipadukan dengan harapan mendapatkan perilaku siswa yang diinginkan.
Peran Psikolog Sekolah
Pelaksanaan psikologi dalam hal diagnostik disekolah:
·         Pelaksanaan tes 
·         Melakukan wawancara dengan siswa, guru, orangtua, serta orang-orang yang terlibat dalam pendidikan siswa 
·         Observasi siswa di kelas, tempat bermain, serta dalam kegiatan sekolah lainnya 
·         Mempelajari data kumulatif prestasi belajar siswa.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kerumitan dan Luasnya Peran Psikolog di Sekolah
1. tingkat pelayanan (Jack I. Baron (1982),) 
·         Tingkat I (psikodiagnostik); meliputi pelayanan tes kecerdasan, kemudian pemberian laporan tertulis yang memberi gambaran kelemahan dan kekuatan yang terungkap oleh tes tersebut. 
·         Tingkat II (klinis dan konseling); perhatian psikolog sekolah terhadap anak didik bersifat menyeluruh, yang mana membantu pihak sekolah dalam menyelesaikan berbagai masalah kesmen yang dihadapi anak. Pada tingkat ini peran psikolog erat dengan masalah kelompok dalam kelas dan masalah yang berkaitan dengan kelas.
·         Tingkat III (indusrti dan organisasi); dalam hal ini psikolog ikut terlibat dalm tindakan yang menyangkut kebijakan dan prosedur sekolah, dalam pengembangan dan evaluasi program serta pelayanan sekolah,dapat berupa; supervisi, pendidikan, konsulatan bagi kariawan edukatif maupun nonedukatif (membantu malakukan seleksi, penempatan, serta urusan-urusan personalia lain), dan bekarja sama dengan ahli-ahli lain dalam masyarakat.
      2.   Kegiatan professional
Berpartisipasi dalam diagnosis, intervensi langsung, konsultasi, pendidikan, evaluasi dan pelacakan kembali terhadap hasil penanganan. Semakin tinggi tingkat fungsi pelayanan, maka semakin banyak tugas-tugas pokok dilaksanakan, sedangkan tingkat rendah hanya sibuk dengan pengukuran/ diagnosis, tingkat tertinggi lebih bervariasi fungsinya dan membutuhkan kegiatan professional yang bervariasi juga, berdasar kebutuhan sekolah, bergantung pada kompetensi dan minat psikolognya.
3.    Klien langsung
Berhadapan dengan: 
·         Murid secara perorangan, kelompok murid, murid per kelas 
·         Guru secara perorangan, kelompok guru 
·         Tenaga administrasi
4. Tingkat program pendidikan
Terdapat kesulitan dan kerumitan dalam setiap tingkat pendidikan yang ditinjau dari aspek kognisi,bentuk tugas-tugas mengajar, organisasi sekolah dan pengelompokan murid-murid, serta ciri-ciri khas perkembangan dalam masyarakat, berinteraksi dan menghasilkan klien-klien yang berbeda kebutuhan psikologiknya, serta perbedaan harapan dan peran pelayanan psikologik yang diinginkan.
5. Kekhasan lingkungan masyarakat dan sekolah
Bentuk lain dari fungsi dan tanggung jawab seorang psikolog sekolah bergantung pada ciri-ciri khas, formal-nonformal, sumber dana sekolah, daerah lokasi sekolah, suku/agama/ ras/ golongan tang memanfaatkan jasa psikolog sekolah.
Psikolog Pendidikan
Seorang psikolog pendidikan harus tahu dan memahami kondisi siswanya, memahami perbedaan individual, implikasi perbedaan fisikdan psikologik antara laki-laki dan perempuan, dan perbedaan peran dan harapan antar keduanya. Selain itu psikolog pendidikan perlu terlibat dalam perencanaan kurikulum dan prosedur mengajar-belajar yang didasari ilmu mengenai belajar dan perlu penelitian-penelitian untuk menguji evektifitas prosedur didalam situasi sekolah.
Peran Dalam Pengukuran dan Evaluasi
a. Pengukuran kesiapan pendidikan; meliputi kemampuan dan keterampilan sebagai prasyaratan yang memungkinkan fasilitas pendidikan pada tingkat pelajaran dengan tes potensi akademik atau tes kemampuan belajar.
b. Pengukuran prestasi belajar, berfungsi:
·         Fungsi instruksinal, sebagai umpan balik bagi guru dan siswa, atas keberhasilan atau kegagalan dalam pelajaran atau keperluan perbaikan proses pengajaran. 
·         Fungsi adminisrtatif, meliputi; seleksi dan penempatan sebagai sarana untuk menaring siswa dalam memenuhi prasyarat yang dibutuhkan atau memasukkan siswa dalam tingkat kelas tertentu,. 
·         Fungsi bimbingan,tes juga dapat dijadikan sebagai alat diagnostic psikoedukasional dalam bentuk bimbingan,yang dapat digunakan saat memilih jurusan diperguruan tinggi, menemukan kemampuan-kemampuan yang belum tampak sebelumnya.
Psikologi Proses Mengajar-Belajar
a. Agar mempermudah dan mengarahkan proses belajar bagi siswa
b. Tugas-tugas diatur dalam urutan yang optimal yang membentuk hirarki belajar.
7.   Hal-hal yang diberikan dalam kaitannya dalam layanan psikologi sekolah
Layanan untuk Sekolah
A.    Tingkat TK dan SD :
Pemeriksaan Psikologi
-Terapi
- Parenting Class
- Health School
- Green School
- Story Telling
- Life Skills
- Pendidikan Seks untuk Anak Usia Dini
- Layanan Kunjungan Psikolog
- Asesmen dan Pelatihan untuk Guru
B.     Tingkat Sekolah Menengah :
- Pemeriksaan Psikologi
- Asesmen Guru - Konsultasi
- Konseling
- Training untuk Siswa dan Guru
- Outbond
- Layanan Psikolog Sekolah
      Fenomena yang tiada henti dibahas, baik melalui media massa, percakapan maupun hajatan yang sering digelar seperti talk show, seminar dan sebagainya bahwa minat baca masyarakat kita sangat rendah. Banyak hal yang menjadi pemicunya adalah daya beli buku yang rendah, kurang budaya baca serta mahalnya harga buku yang kurang terjangkau bagi sebagian masyarakat kita dan sebagainya.  Sebenarnya banyak hal yang dapat kita lakukan untuk mencari solusinya, diantaranya memasyarakatkan program story telling bagi anak usia dini. “Bisa dikatakan bahwa cerita, yang mengubah cara kita berpikir atau merasa tentang sesuatu, mungkin juga mengubah sesuatu dalam proses pikiran-tubuh kita. Apabila kita perhatikan pendengar yang hanyut dalam sebuah cerita, kita melihat beberapa tanda penyesuaian pikiran-tubuh yang bisa diteliti seperti perubahan dalam respirasi, irama otot, dan detak jantung” (George W.Burns:2001:30),
Selanjutnya George W.Burns mengemukakan ada beberapa kekuatan cerita :
1. Kekuatan cerita untuk menumbuhkan sikap disiplin
2. Kekuatan cerita untuk membangkitkan emosi
3. Kekuatan cerita untuk memberi inspirasi
4. Kekuatan cerita untuk memunculkan perubahan
5. Kekuatan cerita untuk menumbuhkan kekuatan pikiran-tubuh
6. Kekuatan cerita untuk menyembuhkan.
Manfaat:
1.   Penceritaan mengembangkan kemampuan menyimak dan mendengar aktif pada diri anak.
2.   Melalui dongeng dapat meningkatkan daya imajinasi anak, kemampuan sosial dan kognitif.
3.   Penceritaan mengembangkan sikap positif anak terhadap buku dan membaca. Pencerita pun menjelaskan buku apa yang dibacanya  sebagai sumber cerita yang disampaikannya.
4.   Penceritaan membantu anak untuk mengembangkan sebuah sistem nilai etika, moral, hormat pada orang tua dan cinta tanah air.
5.   Melalui penceritaan, anak-anak dapat belajar empati, dalam arti menempatkan diri pada posisi orang lain, mengembangkan kepedulian, serta memahami keterkaitannya dengan orang lain dalam dunia bersama.
Psikotes
Program psikotes yang kami berikan terdiri dari :
-          Tingkat Taman Kanak-Kanak, layanan individual dan kelompok (min 30)
-          Tingkat Sekolah Dasar, layanan individual dan kelompok (min 50)
-          Tingkat Sekolah Menengah Pertama
-          Tingkat Sekolah Menengah Atas
-          Tingkat Perguruan Tinggi
-          Asesmen untuk Guru
-          Asesmen Center untuk Karyawan terdiri dari, Recruitment, Placement dan Promosi Jabatan
Terapi
Tidak semua siswa mampu mengikuti pelajaran dengan baik disebabkan faktor biologis maupun faktor psikologis. Kami berupaya untuk mengatasi ketidakmampuan tersebut dengan memberikan terapi yang diperlukan secara individual.Manfaat:
-     Mengurangi perilaku yang mengganggu
-     Membentuk perilaku yang diinginkan
-     Membentuk hubungan yang lebih baik dengan orang lain
8.   Perbedaan antara Psikolog Sekolah, Psikolog Pendidikan, dan Guru BK
Mungkin sudah tidak asing bagi kita saat mendengar psikolog pendidikan dan psikolog sekolah. Namun, terkadang kita masih bingung dalam membedakan kedua psikolog tersebut dan apa sajakah peranya dalam dunia psikolog di Indonesia. Oleh karenba itulah kita akan bahas perbedaannya dalam postingan kali ini. Ayo kita awali dari apa itu psikolog pendidikan. Psikolog pendidikan merupakan psikolog yang menghususkan diri pada cara memahami pengajaran, dan pembelajaran dalam lingkungan pendidikan. Biasanya para psikolog pendidikan berguna dalam penerapan prinsip-prinsip:
  • Belajar dalam kelas
  • Pengembangan dan pembaharuan kurikulum
  • Ujian dan evaluasi bakat dan kemampuan
  • Sosialisasi proses dan interaksi proses itu dengan pendayahgunaan kognitif dan penyelenggaraan pendidikan keguruan.
Psikolog pendidikan biasanya mencakup hal yang lebih luas bila dibandingkan dengan psikolog sekolah. Bila psikolog sekolah bermain di ranah sekolah, maka psikolog pendidikan bermain pada ranah luar sekolah namun sekolah juga masuk dalam cakupan kerjannya.  Sebelum sangat mendasar kita bahas psikolog sekolah, kita harus tau apa sih sebenarnya psikolg sekolah itu? Psikolog sekolah ada psikolog yang mengkhususkan diri pada dunia sekolah. Biasanya psikolog sekolah berperan dalam pengaturan kelas yang berhubungan dengan psikologis siswa juga guru. Psikolog sekolah juga bisa memberikan penilaian intelegensia guru, inovasi guru, dalam mengajar, dan lain sebagainya.
            Seorang psikolog sekolah harus bisa dekat dengan siswa ataupun guru yang secara tidak langsung juga berhubungan dengan orang tua siswa. Mengapa? yaa.. karena peran psikolog sekolah juga memantau bagaimana prestasi siswa, kelakuan, dan motivasi siswanya. Tetapi yang perlu diingat psikolog sekolah berbeda dengan guru BK. Guru BK biasanya bertugas pada siswanya saja dan dilindungi oleh undang-undang karena memiliki label guru, sedangkan psikolog sekolah lebih sedikit luas cakupannya dan juga psikolog adalah sebuah profesi yang di wajibkan memiliki profesionalisme lebih baik. Jadi sudah jelas lah psikolog pendidikan dan psikolog sekolah memiliki peran yang berbeda namun mungkin memiliki tujuan yang sama yaitu agar dunia pendidikan semakin baik. Yang terakhir adalah Guru BK, Guru BK adalah guru yang bertugas untuk mencegah agar tidak terjadi masalah dan menuntaskan masalah apabila sesuatu telah terjadi.
Sumber:
www.wordpress.com
Depdiknas.2008. Model Penyelenggaraan Sekolah Kategori Mandiri /Sekolah Standar Nasional. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Mengah Atas. Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Sukadji, S. (2000). Psikologi pendidikan dan psikologi sekolah. Depok: Lembaga Pengambangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP3) Fakultas Psikologi Universitas Indonesia
Sumber : http://edukasi.kompasiana.com/2010/12/22/peran-guru-bk-di-sekolah/
Sumber : Santrock, J.W. (2008). Psikologi Pendidikan (edisi kedua). Jakarta: Prenada Media Group
               http://ekomedia.wordpress.com/2008/07/26/psikologi-pendidikan-sub-disiplin-ilmu-psikologi/
Sumber : http://episentrum.com/layanan/terapi/#more-26
Sumber :Powered by WordPress and Mystique theme by digitalnature | RSS Feeds
Sumber:http://psychologymania.wordpress.com/2011/07/10/peran-psikolog-dalam-dunia-pendidikan/
Sumber :  http://wiki.bestlagu.com/education/174757-mengatasi-bullying-di-sekolah.html
Sumber : http://laraasih.com/pendidikan/siswa-tidak-menyukai-guru.lala#more-170

Tidak ada komentar:

Posting Komentar