1. Kedudukan psikologi sekolah dalam ilmu
psikologi
Sekolah merupakan komponen yang sangat
berkaitan dengan sistem pendidikan, dimana pendidikan merupakan salah satu
ujung tombak kemakmuran bangsa. Dengan demikian perlu pemahaman yang utuh akan
fungsi sekolah termasuk didalamnya peran psikolog sekolah, karakteristik siswa
termasuk didalamnya anak-anak dengan kebutuhan khusus maupun anak-anak dari
keluarga yang beresiko memunculkan problem pendidikan, hubungan atau interaksi
antara orangtua, anak dan pihak sekolah. Selain itu juga perlu pemahaman akan
berbagai metode pendidikan yang mempengaruhi kelancaran proses belajar siswa.
Pendidikan altrenatif juga penting dipelajari sebagai salah satu komponen yang
dapat dipertimbangkan dalam meningkatkan mutu pembelajaran.
Jika dikaitkan dengan perkembangan zaman,
Pendidikan berkontribusi besar bagi masa depan anak. Sebagian besar waktu anak
dihabiskan di sekolah, sehingga diperlukan kondisi sekolah yang mendukung untuk
kemajuan anak. Disinilah peran psikologi sekolah, agar pengurs sekolah itu bisa
membuat lingkungan yang kondusif bagi siswanya dan membuat siswa itu nyaman
untuk belajar. Jadi dapat disimpulkan bahwa psikologi sekolah ini memilki
kedudukan yang penting, baik dalam ilmu psikologi maupun bagi pendidikan.
2. Perbedaan Psikologi Sekolah dengan
Psikologi Pendidikan
Psikologi sekolah adalah salah
satu bidang dari beberapa bidang psikologi pendidikan. Tujuan adanya psikologi
sekolah adalah berusaha menciptakan situasi yang mendukung bagi anak didik dalam
mengembangkan kemampuan akademik, sosialisasi, dan emosi.
Psikologi pendidikan merupakan
gabungan dari psikologi perkembangan dan psikologi sosial, sehingga hampir
sebagian besar teori-teori yang ada dalam psikologi perkembangan dan psikologi
sosial digunakan di psikologi pendidikan. Tujuan mempelajari psikologi
pendidikan adalah untuk mempelajari bagaimana manusia belajar dalam setting
pendidikan, keefektifan sebuah pengajaran, cara mengajar, dan pengelolaan
organisasi sekolah.
Jadi, dari kedua arti dan tujuan di atas, dapat kita lihat bahwa ada
perbedaan antara psikologi pendidikan dan psikologi sekolah. Psikologi
pendidikan adalah pokoknya, sedangkan psikologi sekolah adalah cabangnya.
Psikologi pendidikan berhubungan dengan cara pengajaran, sedangkan psikologi
sekolah berhubungan dengan dengan anak didik di sebuah instansi sekolah.
3. Fungsi sekolah sebagai agen perubahan
Tidak bisa kita pungkiri lagi bahwa
lembaga pendidikan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap corak dan
karakter masyarakat. Belajar dari sejarah perkembanganya lembaga pendidikan
yang ada di indonesia memiliki beragam corak dan tujuan yang berbeda-beda
sesuai dengan kondisi yang melingkupi, mulai dari zaman kerajaan dengan
bentuknya yang sangat sederhana dan zaman penjajahan yang sebagian memiliki
corak ala barat dan gereja, dan corak ketimuran
ala pesantren sebagai penyeimbang, serta model dan corak kelembagaan yang
berkembang saat ini tentunya tidak terlepas dari kebutuhan dan tujuan-tujuan
tersebut.
Dalam upaya meningkatkan mutu sumber
daya manusia, mengejar ketertinggalan di segala aspek kehidupan dan
menyesuaikan dengan perubahan global serta perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, bangsa Indonesia melalui DPR dan Presiden pada tanggal 11 Juni 2003
telah mensahkan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional yang baru, sebagai
pengganti Undang-undang Sisdiknas Nomor 2 Tahun 1989. Undang-undang Sisdiknas
Nomor 20 Tahun 2003 yang terdiri dari 22 Bab dan 77 pasal tersebut juga
merupakan pengejawantahan dari salah satu tuntutan reformasi yang marak sejak
tahun 1998.
Perubahan mendasar yang dicanangkan
dalam Undang-undang Sisdiknas yang baru tersebut antara lain adalah
demokratisasi dan desentralisasi pendidikan, peran serta masyarakat, tantangan
globalisasi, kesetaraan dan keseimbangan, jalur pendidikan, dan peserta didik.
Sebagai sistem sosial, lembaga
pendidikan harus memiliki fungsi dan peran dalam perubahan masyarakat menuju ke
arah perbaikan dalam segala lini. Dalam hal ini lembaga pendidikan memiliki dua
karakter secara umum. Pertama, melaksanakan peranan fungsi dan harapan untuk
mencapai tujuan dari sebuah sitem. Kedua mengenali individu yang berbeda-beda
dalam peserta didik yang memiliki kepribadian dan disposisi kebutuhan. Kemudian
sebagai agen perubahan lembaga pendidikan berfungsi sebagai alat:
1)
Pengembangan pribadi
2)
Pengembangan warga
3)
Pengembangan Budaya
4)
Pengembangan bangsa
4. Metode yang digunakan dalam sistem
pengajaran di sekolah
Model pembelajaran yang dilaksanakan
saat ini mengacu pada prinsip-prinsip yang dikemukakan Bruner (Munandar, 2001)
yaitu memberikan pengalaman khusus yang dapat dipahami peserta didik;
pengajaran diberikan sesuai dengan struktur pengetahuan/keilmuan sehingga
peserta didik lebih siap menyerapnya; susunan penyajian pengajaran yang lebih
efektif dan dipertimbangkan ganjaran yang sesuai. Dalam pelaksanaan
pembelajaran pada SKM/SSN tidak hanya ditekankan pada pencapaian aspek
intelektual saja, melainkan dalam pembelajaran perlu diciptakan kegiatan dan
suasana belajar yang memungkinkan berkembangnya semua dimensi dalam pendidikan,
seperti: watak, kepribadian, intelektual, emosional dan sosial. Sehingga
diharapkan tercapai kemajuan dan perkembangan yang seimbang antara semua
dimensi tersebut.
Strategi pembelajaran yang sesuai untuk
mencapai dimensi di atas, adalah strategi pembelajaran yang terfokus pada
belajar bagaimana seharusnya belajar (Zamroni, 2000). Strategi ini harus
menekankan pada perkembangan kemampuan intelektual tinggi, memiliki kepekaan
(sensitif) terhadap kemajuan belajar dari tingkat konseptual rendah ke tingkat
intelektual tinggi. Untuk itu metode pembelajaran yang paling sesuai antara
lain metode pembelajaran induktif, divergen dan berpikir evaluatif.
Pembelajaran model hafalan pada pembelajaran program siswa yang memiliki
kemampuan lebih sejauh mungkin dicegah dengan memberikan tekanan pada teknik
yang berorientasi pada penemuan (discovery oriented) dan pendekatan induktif.
Dari pemaparan di atas sesungguhnya
pembelajaran yang terjadi merupakan impelemntasi dari model Dick dan Carey
dimana peran guru atau tugas utama guru adalah sebagai perancang pembelajaran,
dengan peranan tambahan sebagai pelaksana dan penilai kegiatan belajar mengajar
(Riyanto, 2001). Dengan kata lain strategi belajar mengajar yang terapkan dalam
mengajar pada SKM/SSN bukan hanya menekankan pada aspek intelektual saja
melainkan pada juga pada proses kreatif dan berfikir tinggi dalam bentuk
strategi belajar yang bervariasi yang harus diciptakan oleh guru secara
kreatif.
Menurut Arends (2001) seorang guru
dalam melaksanakan pembelajaran harus menampilkan tiga aspek penting. Ketiga
aspek ini adalah: (1) kepemimpinan, (2) pemberian instruksi melalui tatap muka
dengan peserta didik, (3) bekerja dengan peserta didik, kolega, dan orang tua.
Untuk membangun kelas dan sekolah sebagai organisasi belajar, ketiga aspek
tersebut harus terpadu.
Pada aspek kepemimpinan, banyak
peran guru sama dengan peran pemimpin yang bekerja pada tipe organisasi lain.
Pemimpin diharapkan mampu merencanakan, memotivasi, dan mengkoordinasi
pekerjaan sehingga tiap individu dapat bekerja secara independen, dan membantu
memformulasi serta menilai pencapaian tujuan pembelajaran. Dalam melaksanakan
pembelajaran guru harus merancang dan melakukan pekerjaan secara efisien, kreatif,
tampil menarik dan berwibawa sebagai seorang aktor di depan kelas, serta
hasilnya harus memenuhi standar kualitas.
Pada aspek pemberian instruksi, guru
dalam melaksanakan pembelajaran di kelas melalui tatap muka menyampaikan
informasi dan mengarahkan apa yang harus dilakukan peserta didik. Pada apsek
ini hal yang perlu diperhatikan adalah unsur konsentrasi atau perhatian peserta
didik terhadap uraian materi yang disampaikan guru. Pada umumnya perhatian
penuh peserta didik berlangsung pada 5 sampai 10 menit pertama, setelah itu
perhatiannya akan turun. Untuk itu guru harus berusaha menjaga perhatian
peserta didik, misalnya dengan memberi contoh penggunaan materi atau konsep
yang diajarkan di lapangan.
Pada aspek kerja sama, untuk
mencapai hasil pembelajaran yang optimal guru harus melakukan kerjasama dengan
peserta didik, kolega guru, dan orang tua. Masalah yang dihadapi guru dapat
berupa masalah di kelas, atau masalah individu peserta didik. Masalah di kelas
dapat didiskusikan dengan guru lain yang mengajar di kelas yang sama atau yang
mengajar mata pelajaran sama di kelas lain. Masalah individu peserta didik
dibicarakan dengan orang tua peserta didik. Dengan demikian semua masalah yang
terjadi di kelas dapat diselesaikan.
Pembelajaran pada dasarnya merupakan
interaksi antara peserta didik dan sumber belajar. Pembelajaran di kelas
terjadi karena ada interaksi antara peserta didik dengan guru. Guru tidak saja
memberi instruksi, tetapi juga bertindak sebagai anggota organisasi belajar dan
sebagai pemimpin pada lingkungan kerja yang komplek. Semua perilaku guru di
dalam dan di luar kelas akan mempengaruhi keberhasilan kegiatan pembelajaran.
Model pembelajaran dapat
dikategorikan menjadi dua, yaitu model tradisional yang berpusat pada guru dan
model konstruktivis yang berpusat pada peserta didik (Arends, 2001). Model
pembelajaran tradisonal terdiri atas ceramah atau presentasi, instruksi
langsung, dan pengajaran konsep. Model pembelajaran yang berpusat pada peserta
didik atau konstruktivis terdiri atas belajar kooperatif, instruksi berbasis
masalah, dan diskusi kelas.
Ada dua hal utama yang perlu diperhatikan pada model pembelajaran sekolah mandiri, yaitu : (1) pembelajaran, dan (2) evaluasi. Peran utama guru di sekolah adalah melaksanakan pembelajaran. Pembelajaran merupakan kegiatan yang menggunakan teknik, metode, dan strategi yang sistematik untuk mengkreasi perpaduan yang ideal antara kurikulum dan peserta didik secara sistematik.
Ada dua hal utama yang perlu diperhatikan pada model pembelajaran sekolah mandiri, yaitu : (1) pembelajaran, dan (2) evaluasi. Peran utama guru di sekolah adalah melaksanakan pembelajaran. Pembelajaran merupakan kegiatan yang menggunakan teknik, metode, dan strategi yang sistematik untuk mengkreasi perpaduan yang ideal antara kurikulum dan peserta didik secara sistematik.
Teknik pembelajaran adalah bagian
dari setiap metode, dan beberapa metode digabung menjadi strategi, yang
merupakan kombinasi kemampuan dan keterampilan guru untuk menerapkan metode dan
strategi pembelajaran. Teknik yang banyak digunakan antara lain : (1)
menyampaikan informasi, (2) memotivasi, (3) memberi penguatan, (4) mendengarkan,
(5) memberi dan menjawab pertanyaan, dan (6) pengelolaan.
Strategi pembelajaran adalah
kombinasi metode yang berurutan dan dirancang agar peserta didik mencapai
standar kompetensi. Menururt Kindsvatter, Wilen, & Ishler (1996:169)
strategi formal yang dikembangkan berdasarkan penelitian pembelajaran yang
efektif dan menekankan pada hasil belajar yang lebih tinggi adalah:
- Pengajaran aktif : fokus akademik, pembelajaran diarahkan oleh guru dengan menggunakan bahan yang terstruktur dan berurutan.
- Pembelajaran masteri: suatu pendekatan diagnostik individu pada pembelajaran di mana peserta didik melakukan pembelajaran dan diuji sesuai dengan kecepatannya untuk mencapai kompetensi.
- Pembelajaran kooperatif : penggunaan tutor sebaya, pembelajaran grup, dan kerjasama untuk mendorong peserta didik belajar.
Model pembelajaran pada SKM/SSN
menekankan pada potensi dan kebutuhan peserta didik agar mampu belajar mandiri
yang dibangun melalui komunitas belajar di kelas. Strategi untuk memotivasi
peserta didik membangun komunitas belajar tersebut meliputi : (1) meyakini
potensi peserta didik, (2) membangun motivasi intrinsik, (3) menggunakan
perasaan positif, (4) membangun minat belajar peserta didik, (5) membangun
belajar yang menyenangkan, (6) memenuhi kebutuhan peserta didik, (7) mencapai
tujuan pembelajaran, dan (8) memfasilitasi pengembangan kelompok.
Secara
ringkas prinsip pembelajaran pada SKM/SSN adalah :
1.
Berpusat
pada peserta didik, yaitu bagaimana peserta didik belajar.
2.
Menggunakan
berbagai metode yang memudahkan peserta didik belajar.
3.
Proses
pembelajaran bersifat kontekstual.
4.
Interaktif,
inspiratif, menyenangkan, memotivasi, menantang dan dalam iklim yang kondusif.
5.
Menekankan
pada kemampuan dan kemauan bertanya dari peserta didik
6.
Dilakukan
melalui kelompok belajar dan tutor sebaya.
7.
Mengalokasikan
waktu sesuai dengan kemampuan belajar peserta didik
8.
Melaksanakan
program remedial dan pengayaan sesuai dengan hasil evaluasi formatif.
5.
Permasalahan yang terjadi di sekolah
dan solusi pemecahan masalah
-
Siswa
tidak menyukai guru
Proses belajar mengajat kadang kala
tidak berjalan dengan baik. Misalnya di sekolah. Masalah yang sering timbul
adalah siswa terlambat masuk, tidak mengerjakan tugas dengan baik, melanggar
peraturan sekolah, dll. Beberapa hal ini sering membuat para guru kewalahan.
Sampai pada keputusan final harus dikembalikan kepada orang tua. kekacauan demi
kekacauan yang diciptrakan oleh siswa sering membuat beberapa guru jengkel. Tak
jarang semua guru mengenal siswa tersebut karena kenakalannya. Namun, jika
kenyataan tersebut berbalik arah ? Siswa yang tidak suka pada gurunya.
“Sama gurunya aja ndak suka, apalagi pelajarannya”. “Gimana
mau suka, yang ngajar nyebelin”. beberapa kalimat tersebut sering terlontar
dari siswa yang tidak menyukai gurunya. Ada beberapa penyebab mengapa siswa
tidak menyukai guru.
·
Penampilan
yang kurang menarik. Menjadi seorang guru akan lebih banyak berada di muka
kelas. Kalau penampilan guru tersebut tidak menarik, lamabat laun akan memacu
kebosanan. Akibatnya siswa menolak untuk menerima kehadiran guru yang mereka
anggap monoton tersebut.
·
Cara
mengajar yang kurang pas. Kelas terdiri dari beragam siswa. Guru yang
menerangkan pelajaran dengan lamban akan disenangi oleh murid yang memang
kemampuannya terbatas. Namun, akan menjadi musuh bagi mereka yang bisa diajak
belajar cepat. Begitu sebaliknya.
·
Memberikan
tugas yang tidak wajar, tidak masuk akal, dan menyusahkan siswa.
·
Marah
karena hal sepele.
·
Mempermalukan
siswa di depan siswa lainnya.
·
Subjektif
dalam memberikan nilai.
Beberapa faktor ini bisa menjadi alasan siswa tidak suka
kepada guru. kalau ada murid yang tidak suka pada kita sebagai guru. Jangan
marah, apalagi memberi nilai di bawah rata-rata. Segeralah intropeksi diri.
-
Adanya
Bullying di sekolah
Setiap hari ratusan (bahkan ribuan) anak
Indonesia mengalami ketakutan untuk pergi ke sekolah. Di seluruh dunia, jutaan
anak punya masalah dengan bullying di sekolahnya. Bullying adalah suatu masalah
besar ! Tidak hanya berdampak pada si anak yang mengalami bullying saja, tapi
juga orang tua, guru, teman, dan lingkungan sekitarnya. Mengapa ?
Bullying sudah jelas, pasti menjadi problem psiko-sosial bagi si anak
yang mengalaminya. Bullying kemungkinan besar akan luput dari pandangan orang
tua, guru, atau orang dewasa lainnya. Mereka mungkin tidak akan memahami
seberapa parah dampak bullying pada sang anak.
Apa sih bullying itu ? Secara definisi, bullying adalah suatu keadaan
dimana seseorang “dikerjain” secara berulang-ulang oleh seorang atau sekelompok
individu yang memiliki power yang berbeda. Yang saya maksud dengan “Power” di
sini bisa berarti tenaga fisik atau posisi sosial (misalnya lebih kaya, lebih
cantik, lebih bergengsi, dll).
Sedikitnya ada 2 masalah utama dibalik terjadinya bullying di sekolah : Penampilan,
dan Status sosial. Pelaku bullying (disebut “Bully”) selalu
memilih target / korban dari kalangan teman yang menurut mereka tidak cocok
untuk bergaul bersamanya; bisa karena penampilan, sifat (misalnya pemalu,
pendiam), ras, agama, atau suku. Dan pilihan target akan jatuh pada individu yang
menurut mereka inferior atau di bawah strata mereka.
Bullying dapat terjadi secara fisik, psikologis, verbal, maupun seksual.
Secara fisik contohnya dengan dipukul, dicubit, didorong, dijegal, dll. Secara
psikologis misalnya dipermalukan di depan umum, dipanggil dengan nama cemoohan,
dihasut, difitnah, barang-barangnya disembunyikan, dll. Secara verbal contohnya
dicaci maki langsung, diteror (baik melalui telepon, sms, atau email). Secara
seksual bisa terjadi dari yang paling ringan dicolek-colek, sampai yang paling
parah diperkosa.
Hal yang paling menyakitkan dari bullying adalah : Berulang-ulang.
Seseorang boleh saja bertengkar di sekolah, atau kesal karena dihukum oleh
gurunya… Seminggu setelah itu, keadaan akan kembali normal, dan dia akan
mengambil pelajaran dari kejadian yang tidak enak tadi. Oke, fine, problem
selesai. Lain halnya dengan bullying, proses tadi terjadi berulang-ulang,
setiap hari, setiap waktu istirahat, setiap ada kesempatan, selama
bertahun-tahun…. akan jadi apa korbannya ???
Bila hanya terjadi satu atau dua kali memang tidak apa-apa. Tapi bila
proses tersebut berulang terus-menerus, si korban bullying akan selalu berada
dalam keadaan ketakutan yang konstan. Keadaan inilah yang secara psikologis
berbahaya dan berpotensi menjadikan si anak memiliki kepribadian yang
menyimpang. Anak akan berkembang menjadi pribadi yang tidak percaya diri,
stress, depresi, cemas, bahkan secara statistik anak yang mengalami bullying
pada masa sekolah berpotensi untuk melakukan bunuh diri. Seru kan ?
Belum lagi masalah fisiknya yang pasti akan ikut terganggu baik akibat
bullying secara fisik (dipukul, ditendang, dll), maupun efek psikologis yang
menjadi penyakit (dalam bahasa medis disebut Psiko-somatis); seperti sering
sakit perut, gampang pusing, tidak nafsu makan, dan ujung-ujungnya gampang
sakit.
Bullying adalah masalah besar. Bullying adalah kekerasan, yang akan
semakin meningkat dengan berkembangnya usia si pelaku (Bully). Bukan berita
baru bagi kita bila kita dengar ada anak yang meninggal di sekolah, meninggal
di kampus, karena bullying atau orientasi yang berlebihan.
Bagi si pelaku bully… statistik menyebutkan bahwa 1 dari 4 anak yang dulu
melakukan bullying pada usia sekolah memiliki catatan kriminal sebelum mereka
menginjak usia 30. Sebagian dari mereka menjalani hidupnya sebagai sampah
masyarakat, terasing dari lingkungan dan teman-temannya, gagal merintis karir
dalam hidupnya, atau bahkan gagal dalam hidupnya….
Cara Mengatasi Bullying Di Sekolah
Upaya
mencegah bullying di sekolah bisa dimulai dengan menciptakan budaya sekolah
yang beratmosfer belajar tanpa rasa takut, melalui pendidikan karakter,
menciptakan kebijakan pencegahan bullying di sekolah dengan melibatkan siswa,
menciptakan sekolah model penerapan sistem anti-bullying, serta membangun
kesadaran tentang bullying dan pencegahannya kepada stakeholders sampai ke
tingkat rumah tangga dan tempat tinggal.
Menata lingkungan sekolah dengan baik, asri dan hijau sehingga anak didik merasa nyaman juga merupakan faktor yang sangat berpengaruh dan akan membantu untuk pencegahan.
Sekolah sebaiknya mendukung kelompok-kelompok kegiatan agar diikuti oleh seluruh siswa. Selanjutnya sekolah menyediakan akses pengaduan atau forum dialog antara siswa dan sekolah, atau orang tua dan sekolah, dan membangun aturan sekolah dan sanksi yang jelas terhadap tindakan bullying.
Menata lingkungan sekolah dengan baik, asri dan hijau sehingga anak didik merasa nyaman juga merupakan faktor yang sangat berpengaruh dan akan membantu untuk pencegahan.
Sekolah sebaiknya mendukung kelompok-kelompok kegiatan agar diikuti oleh seluruh siswa. Selanjutnya sekolah menyediakan akses pengaduan atau forum dialog antara siswa dan sekolah, atau orang tua dan sekolah, dan membangun aturan sekolah dan sanksi yang jelas terhadap tindakan bullying.
Ratiyono
mengemukakan dua strategi untuk mengatasi bullying yakni strategi umum dan
khusus.
Strategi umum dijabarkan dengan menciptakan kultur sekolah yang sehat. Ratiyono mendeskripsikan kultur sekolah sebagai pola nilai-nilai, norma, sikap, ritual, mitos dan kebiasaan-kebiasaan yang dibentuk dalam perjalanan panjang sekolah. Kultur sekolah dilaksanakan oleh warga sekolah secara bersama baik oleh kepala sekolah, guru, staf administrasi maupun siswa sebagai dasar dalam memahami dan memecahkan berbagai persoalan yang muncul.
Strategi umum dijabarkan dengan menciptakan kultur sekolah yang sehat. Ratiyono mendeskripsikan kultur sekolah sebagai pola nilai-nilai, norma, sikap, ritual, mitos dan kebiasaan-kebiasaan yang dibentuk dalam perjalanan panjang sekolah. Kultur sekolah dilaksanakan oleh warga sekolah secara bersama baik oleh kepala sekolah, guru, staf administrasi maupun siswa sebagai dasar dalam memahami dan memecahkan berbagai persoalan yang muncul.
Sedangkan
strategi khusus adalah mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang
menyebabkan terjadinya tindakan bullying di lingkungan sekolah, aktifkan semua
komponen secara proporsional sesuai perannya dalam menanggulangi perilaku
bullying, susun program aksi penanggulangan bullying berdasarkan analisis
menyeluruh dan melakukan evaluasi dan pemantauan secara periodik dan
berkelanjutan.
Saran
- Kepada Pihak Sekolah
Saran
- Kepada Pihak Sekolah
Sekolah
harus mempunyai peraturan dan tata tertib yang ketat kepada peserta didik untuk
mengatur kehidupan siswa sehari-hari di sekolah.
- Kepada Guru/Guru
- Kepada Guru/Guru
Bimbingan
dan Konseling, memantau perubahan sikap dan tingkah laku siswa di dalam maupun di
luar kelas, perlu kerjasama yang harmonis antara guru BK, guru-guru mata
pelajaran serta seluruh staf dan karyawan sekolah.
-
Orang tua/Wali siswa
Sebagian besar waktunya siswa bersama keluarga,
kerjasama orang tua/Wali dengan pihak sangat mutlak diperlukan untuk
tercapainya tujuan pendidikan secara maksimal.
6. Fungsi dan peran psikolog sekolah dan
perlunya psikolog sekolah
PERAN PSIKOLOG DALAM DUNIA PENDIDIKAN
Dunia
belajar mengajar (dunia pendidikan) merupakan salah satu lahan dari psikologi
secara umum. Psikologi pendidikan berperan penting dalam peningkatan mutu siswa
dengan menerapkan prinsip-prinsip psikologi kedalam dunia pendidikan. Psikologi
dengan objek manusia (tingkah laku), sedangkan pendidikan berorientasi pada
perubahan perilaku siswa, cocok untuk dipadukan dengan harapan mendapatkan
perilaku siswa yang diinginkan.
Peran
Psikolog Sekolah
Pelaksanaan
psikologi dalam hal diagnostik disekolah:
·
Pelaksanaan tes
·
Melakukan wawancara dengan siswa, guru,
orangtua, serta orang-orang yang terlibat dalam pendidikan siswa
·
Observasi siswa di kelas, tempat
bermain, serta dalam kegiatan sekolah lainnya
·
Mempelajari data kumulatif prestasi
belajar siswa.
Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Kerumitan dan Luasnya Peran Psikolog di Sekolah
1.
tingkat pelayanan (Jack I. Baron (1982),)
·
Tingkat I
(psikodiagnostik); meliputi pelayanan tes kecerdasan, kemudian pemberian
laporan tertulis yang memberi gambaran kelemahan dan kekuatan yang terungkap
oleh tes tersebut.
·
Tingkat II
(klinis dan konseling); perhatian psikolog sekolah terhadap anak didik bersifat
menyeluruh, yang mana membantu pihak sekolah dalam menyelesaikan berbagai
masalah kesmen yang dihadapi anak. Pada tingkat ini peran psikolog erat dengan
masalah kelompok dalam kelas dan masalah yang berkaitan dengan kelas.
·
Tingkat III
(indusrti dan organisasi); dalam hal ini psikolog ikut terlibat dalm tindakan
yang menyangkut kebijakan dan prosedur sekolah, dalam pengembangan dan evaluasi
program serta pelayanan sekolah,dapat berupa; supervisi, pendidikan, konsulatan
bagi kariawan edukatif maupun nonedukatif (membantu malakukan seleksi,
penempatan, serta urusan-urusan personalia lain), dan bekarja sama dengan
ahli-ahli lain dalam masyarakat.
2. Kegiatan professional
Berpartisipasi
dalam diagnosis, intervensi langsung, konsultasi, pendidikan, evaluasi dan
pelacakan kembali terhadap hasil penanganan. Semakin tinggi tingkat fungsi
pelayanan, maka semakin banyak tugas-tugas pokok dilaksanakan, sedangkan
tingkat rendah hanya sibuk dengan pengukuran/ diagnosis, tingkat tertinggi
lebih bervariasi fungsinya dan membutuhkan kegiatan professional yang
bervariasi juga, berdasar kebutuhan sekolah, bergantung pada kompetensi dan minat
psikolognya.
3. Klien
langsung
Berhadapan
dengan:
·
Murid secara perorangan, kelompok murid,
murid per kelas
·
Guru secara perorangan, kelompok
guru
·
Tenaga administrasi
4. Tingkat program pendidikan
Terdapat
kesulitan dan kerumitan dalam setiap tingkat pendidikan yang ditinjau dari
aspek kognisi,bentuk tugas-tugas mengajar, organisasi sekolah dan pengelompokan
murid-murid, serta ciri-ciri khas perkembangan dalam masyarakat, berinteraksi
dan menghasilkan klien-klien yang berbeda kebutuhan psikologiknya, serta
perbedaan harapan dan peran pelayanan psikologik yang diinginkan.
5.
Kekhasan lingkungan masyarakat dan sekolah
Bentuk
lain dari fungsi dan tanggung jawab seorang psikolog sekolah bergantung pada
ciri-ciri khas, formal-nonformal, sumber dana sekolah, daerah lokasi sekolah,
suku/agama/ ras/ golongan tang memanfaatkan jasa psikolog sekolah.
Psikolog
Pendidikan
Seorang
psikolog pendidikan harus tahu dan memahami kondisi siswanya, memahami
perbedaan individual, implikasi perbedaan fisikdan psikologik antara laki-laki
dan perempuan, dan perbedaan peran dan harapan antar keduanya. Selain itu
psikolog pendidikan perlu terlibat dalam perencanaan kurikulum dan prosedur
mengajar-belajar yang didasari ilmu mengenai belajar dan perlu
penelitian-penelitian untuk menguji evektifitas prosedur didalam situasi
sekolah.
Peran
Dalam Pengukuran dan Evaluasi
a.
Pengukuran kesiapan pendidikan; meliputi kemampuan dan keterampilan sebagai
prasyaratan yang memungkinkan fasilitas pendidikan pada tingkat pelajaran
dengan tes potensi akademik atau tes kemampuan belajar.
b.
Pengukuran prestasi belajar, berfungsi:
·
Fungsi instruksinal, sebagai umpan balik
bagi guru dan siswa, atas keberhasilan atau kegagalan dalam pelajaran atau
keperluan perbaikan proses pengajaran.
·
Fungsi adminisrtatif, meliputi; seleksi
dan penempatan sebagai sarana untuk menaring siswa dalam memenuhi prasyarat
yang dibutuhkan atau memasukkan siswa dalam tingkat kelas tertentu,.
·
Fungsi bimbingan,tes juga dapat
dijadikan sebagai alat diagnostic psikoedukasional dalam bentuk bimbingan,yang
dapat digunakan saat memilih jurusan diperguruan tinggi, menemukan
kemampuan-kemampuan yang belum tampak sebelumnya.
Psikologi Proses Mengajar-Belajar
a.
Agar mempermudah dan mengarahkan proses belajar bagi siswa
b.
Tugas-tugas diatur dalam urutan yang optimal yang membentuk hirarki belajar.
7. Hal-hal
yang diberikan dalam kaitannya dalam layanan psikologi sekolah
Layanan
untuk Sekolah
A. Tingkat TK dan SD :
Pemeriksaan
Psikologi
-Terapi
- Parenting Class
- Health School
- Green School
- Story Telling
- Life Skills
- Pendidikan Seks untuk Anak Usia Dini
- Layanan Kunjungan Psikolog
- Asesmen dan Pelatihan untuk Guru
-Terapi
- Parenting Class
- Health School
- Green School
- Story Telling
- Life Skills
- Pendidikan Seks untuk Anak Usia Dini
- Layanan Kunjungan Psikolog
- Asesmen dan Pelatihan untuk Guru
B.
Tingkat Sekolah Menengah :
- Pemeriksaan Psikologi
- Asesmen Guru - Konsultasi
- Konseling
- Training untuk Siswa dan Guru
- Outbond
- Layanan Psikolog Sekolah
- Pemeriksaan Psikologi
- Asesmen Guru - Konsultasi
- Konseling
- Training untuk Siswa dan Guru
- Outbond
- Layanan Psikolog Sekolah
Fenomena yang tiada henti dibahas, baik
melalui media massa, percakapan maupun hajatan yang sering digelar seperti talk
show, seminar dan sebagainya bahwa minat baca masyarakat kita sangat rendah.
Banyak hal yang menjadi pemicunya adalah daya beli buku yang rendah, kurang
budaya baca serta mahalnya harga buku yang kurang terjangkau bagi sebagian
masyarakat kita dan sebagainya.
Sebenarnya banyak hal yang dapat kita lakukan untuk mencari solusinya,
diantaranya memasyarakatkan program story telling bagi anak usia dini. “Bisa
dikatakan bahwa cerita, yang mengubah cara kita berpikir atau merasa tentang
sesuatu, mungkin juga mengubah sesuatu dalam proses pikiran-tubuh kita. Apabila
kita perhatikan pendengar yang hanyut dalam sebuah cerita, kita melihat
beberapa tanda penyesuaian pikiran-tubuh yang bisa diteliti seperti perubahan
dalam respirasi, irama otot, dan detak jantung” (George W.Burns:2001:30),
Selanjutnya
George W.Burns mengemukakan ada beberapa kekuatan cerita :
1.
Kekuatan cerita untuk menumbuhkan sikap disiplin
2.
Kekuatan cerita untuk membangkitkan emosi
3.
Kekuatan cerita untuk memberi inspirasi
4.
Kekuatan cerita untuk memunculkan perubahan
5.
Kekuatan cerita untuk menumbuhkan kekuatan pikiran-tubuh
6.
Kekuatan cerita untuk menyembuhkan.
Manfaat:
1. Penceritaan mengembangkan kemampuan menyimak
dan mendengar aktif pada diri anak.
2. Melalui
dongeng dapat meningkatkan daya imajinasi anak, kemampuan sosial dan kognitif.
3. Penceritaan
mengembangkan sikap positif anak terhadap buku dan membaca. Pencerita pun
menjelaskan buku apa yang dibacanya
sebagai sumber cerita yang disampaikannya.
4. Penceritaan
membantu anak untuk mengembangkan sebuah sistem nilai etika, moral, hormat pada
orang tua dan cinta tanah air.
5. Melalui
penceritaan, anak-anak dapat belajar empati, dalam arti menempatkan diri pada
posisi orang lain, mengembangkan kepedulian, serta memahami keterkaitannya
dengan orang lain dalam dunia bersama.
Psikotes
Program
psikotes yang kami berikan terdiri dari :
-
Tingkat Taman Kanak-Kanak, layanan
individual dan kelompok (min 30)
-
Tingkat Sekolah Dasar, layanan
individual dan kelompok (min 50)
-
Tingkat Sekolah Menengah Pertama
-
Tingkat Sekolah Menengah Atas
-
Tingkat Perguruan Tinggi
-
Asesmen untuk Guru
-
Asesmen Center untuk Karyawan terdiri
dari, Recruitment, Placement dan Promosi Jabatan
Terapi
Tidak
semua siswa mampu mengikuti pelajaran dengan baik disebabkan faktor biologis
maupun faktor psikologis. Kami berupaya untuk mengatasi ketidakmampuan tersebut
dengan memberikan terapi yang diperlukan secara individual.Manfaat:
- Mengurangi
perilaku yang mengganggu
- Membentuk perilaku yang diinginkan
- Membentuk hubungan yang lebih baik dengan
orang lain
8. Perbedaan antara Psikolog Sekolah, Psikolog
Pendidikan, dan Guru BK
Mungkin
sudah tidak asing bagi kita saat mendengar psikolog pendidikan dan psikolog
sekolah. Namun, terkadang kita masih bingung dalam membedakan kedua psikolog
tersebut dan apa sajakah peranya dalam dunia psikolog di Indonesia. Oleh
karenba itulah kita akan bahas perbedaannya dalam postingan kali ini. Ayo kita
awali dari apa itu psikolog pendidikan. Psikolog pendidikan merupakan psikolog
yang menghususkan diri pada cara memahami pengajaran, dan pembelajaran dalam
lingkungan pendidikan. Biasanya para psikolog pendidikan berguna dalam
penerapan prinsip-prinsip:
- Belajar dalam kelas
- Pengembangan dan pembaharuan kurikulum
- Ujian dan evaluasi bakat dan kemampuan
- Sosialisasi proses dan interaksi proses itu dengan pendayahgunaan kognitif dan penyelenggaraan pendidikan keguruan.
Psikolog
pendidikan biasanya mencakup hal yang lebih luas bila dibandingkan dengan
psikolog sekolah. Bila psikolog sekolah bermain di ranah sekolah, maka psikolog
pendidikan bermain pada ranah luar sekolah namun sekolah juga masuk dalam
cakupan kerjannya. Sebelum sangat mendasar kita bahas psikolog sekolah,
kita harus tau apa sih sebenarnya psikolg sekolah itu? Psikolog sekolah ada
psikolog yang mengkhususkan diri pada dunia sekolah. Biasanya psikolog sekolah
berperan dalam pengaturan kelas yang berhubungan dengan psikologis siswa juga
guru. Psikolog sekolah juga bisa memberikan penilaian intelegensia guru,
inovasi guru, dalam mengajar, dan lain sebagainya.
Seorang psikolog
sekolah harus bisa dekat dengan siswa ataupun guru yang secara tidak langsung
juga berhubungan dengan orang tua siswa. Mengapa? yaa.. karena peran psikolog
sekolah juga memantau bagaimana prestasi siswa, kelakuan, dan motivasi
siswanya. Tetapi yang perlu diingat psikolog sekolah berbeda dengan guru BK.
Guru BK biasanya bertugas pada siswanya saja dan dilindungi oleh undang-undang
karena memiliki label guru, sedangkan psikolog sekolah lebih sedikit luas
cakupannya dan juga psikolog adalah sebuah profesi yang di wajibkan memiliki
profesionalisme lebih baik. Jadi sudah jelas lah psikolog pendidikan dan
psikolog sekolah memiliki peran yang berbeda namun mungkin memiliki tujuan yang
sama yaitu agar dunia pendidikan semakin baik. Yang terakhir adalah Guru BK,
Guru BK adalah guru yang bertugas untuk mencegah agar tidak terjadi masalah dan
menuntaskan masalah apabila sesuatu telah terjadi.
Sumber:
www.wordpress.com
Depdiknas.2008. Model Penyelenggaraan Sekolah Kategori Mandiri /Sekolah Standar Nasional. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Mengah Atas. Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Depdiknas.2008. Model Penyelenggaraan Sekolah Kategori Mandiri /Sekolah Standar Nasional. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Mengah Atas. Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Sukadji, S. (2000). Psikologi
pendidikan dan psikologi sekolah. Depok: Lembaga Pengambangan Sarana Pengukuran
dan Pendidikan Psikologi (LPSP3) Fakultas Psikologi Universitas Indonesia
Sumber : http://edukasi.kompasiana.com/2010/12/22/peran-guru-bk-di-sekolah/
Sumber : Santrock, J.W. (2008). Psikologi
Pendidikan (edisi kedua). Jakarta: Prenada Media Group
http://ekomedia.wordpress.com/2008/07/26/psikologi-pendidikan-sub-disiplin-ilmu-psikologi/
Sumber : http://episentrum.com/layanan/terapi/#more-26
Sumber :Powered by WordPress and
Mystique theme by digitalnature | RSS Feeds
Sumber:http://psychologymania.wordpress.com/2011/07/10/peran-psikolog-dalam-dunia-pendidikan/
Sumber : http://wiki.bestlagu.com/education/174757-mengatasi-bullying-di-sekolah.html
Sumber : http://laraasih.com/pendidikan/siswa-tidak-menyukai-guru.lala#more-170
Tidak ada komentar:
Posting Komentar