Aphasia merujuk kepada suatu kondisi dimana anak gagal
menguasai ucapan-ucapan bahasa yang bermakna pada usia sekitar 3;0 tahunan.
Ketidakcakapan bicara ini tidak dapat dijelaskan karena faktor ketulian,
keterbelakangan mental, gangguan organ bicara, atau faktor lingkungan.
Aphasia tampak dalam berbagai bentuk dengan simptom
yang cukup kompleks. Secara garis besar simptom aphasia dapat digolongkan ke
dalam tiga karakteristik utama berikut ini.
a. Receptive aphasia
• Tidak dapat mengidentifikasi apa yang didengar.
• Tidak dapat melacak arah.
• Kemiskinan kosakata.
• Tidak dapat memahami apa yang terjadi dalam gambar.
• Tidak dapat memahami apa yang dia baca.
• Tidak dapat mengidentifikasi apa yang didengar.
• Tidak dapat melacak arah.
• Kemiskinan kosakata.
• Tidak dapat memahami apa yang terjadi dalam gambar.
• Tidak dapat memahami apa yang dia baca.
b. Expressive aphasia
• Jarang bicara di kelas.
• Kesulitan dalam melakukan peniruan.
• Banyak pembicaraan yang tidak sejalan dengan ide.
• Jarang menampilkan gesture (gerak tangan).
• Ketidakcakapan menggambar dan menulis.
• Jarang bicara di kelas.
• Kesulitan dalam melakukan peniruan.
• Banyak pembicaraan yang tidak sejalan dengan ide.
• Jarang menampilkan gesture (gerak tangan).
• Ketidakcakapan menggambar dan menulis.
c. Inner aphasia
• Tidak mampu melakukan asosiasi; oleh karena itu sulit berpikir abstrak.
• Memberikan respon yang tak layak atas panggilan/sahutan.
• Lambat merespon.
• Tidak mampu melakukan asosiasi; oleh karena itu sulit berpikir abstrak.
• Memberikan respon yang tak layak atas panggilan/sahutan.
• Lambat merespon.
Jenis aphasia,
diklasifikasikan kedalam 4 jenis, yaitu:
a. Aphasia
Sensoris atau (aphasia reseptif, fluent aphasia, word deafness, wernickes aphasia). Yaitu mengalami kesulitan
dalam memberi makna rangsangan yang diterimanya.
b. Aphasia
motoris atau (aphasia ekspresif, broca aphasia), yaitu mengalami kesulitan dalam mengkoordinasikan atau
menyusun pikiran, perasaan dan kemauan
menjadi symbol-simbol yang bermakna dan dimengerti oleh orang lain.
c. Aphasia konduktif atau (dynamic aphasia, transcorticak sensory
aphasia), yaitu megalami kesulitan dalam
meniru pengulangan bunyi-bunyi bahasa.
d. Aphasia
Amnesic atau nominal aphasia atau anomia, yaitu kesulitan dalam memilih dan menggunakan symbol-simbol yang
tepat (Tarmansyah, 1995., p. 94) .
Penyebab Aphasia :
Aphasia biasanya disebabkan oleh lesi dalam area
berbahasa yang berhubungan dengan lobus frontal, lobus temporal dan lobus
parietal di otak, seperti wilayah Broca, Wernicke’s area, dan jalur saraf di antara
mereka. Area ini hampir selalu terletak di belahan otak kiri, dan pada banyak
orang tempat ini sebagai kemampuan untuk memnghasilkan dan memahami bahasa.
Namun, minoritas mengatakan bahwa kemampuan bahasa yang ditemukan berada di
belahan kanan. Aphasia berkembang secara perlahan-lahan, seperti dalam kasus
tumor otak atau progresif penyakit saraf, misalnya penyakit Alzheimer atau
Parkinson. Aphasia mungkin juga disebabkan oleh pendarahan tiba-tiba yang
terjadi di dalam otak.
sumber :
Dra. Hj. T.
Sutjihati Somantri, M.Si., psi. (2007). “Psikologi Anak Luar Biasa”. Bandung:
PT. Refika Aditama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar