Perbedaan Jenis Kelamin
: Berasal Dari Evolusi?
Penalaran psikolog evolusioner
adalah melalui evolusi, pria dan wanita
memiliki peran yang berbeda untuk dimainkan sebagai akibat alamiah berbedaan
biologis antara dua jenis kelamin. Dan juga perbedaan ditemukan ari segi fisik.
Karena perbedaan ini telah konsisten sepanjang jalur evolusi, maka disimpulkan
bahwa otak manusia telah mengevolusikan kecendrungan psikologis dengan
spesifikasi jenis kelamin.
Pria dan wanita juga berbeda secara
sosial, khususnya mereka sering kali tumbuh dalam masyarakat yang tidak
memperlakukan pria dan wanita secara sederajat. Pada umumnya pria lebih
berkuasa daripada wanita. Dengan demikian, perbedaan jenis kelamin dapat dikonstruksikan
secara sosial dibandingkan disebabkan oleh biologis. Walaupun demikian, ide
inti psikologi evolusioner adalah unsure biologislah yang menentukan perbedaan
jenis kelamin. Evolusi perbedaan psikologis antara pria dan wanita dipandang
menyebabkan perbedaan gender yang kita amati dalam masyarakat.
Pemilihan Pasangan
Pria-Wanita
Menurut teori evolusi , sebagaimana yang dilontarkan Darwin, tekanan seleksi
terhadap jalur Evolusi manusia telah
menghasilkan perbedaan jenis kelamin dalam pemilihan pasangan. Fitur tertentu
pada diri pria bersifat attraktif bagi wanita, dan fitur wanita yang menarik
bagi pria, diperkirakan merupakan produk evolusi. Terdapat dua ide yang
mendasari analisis perbedaan jenis kelamin psikolog evolusioner kontemporer.
Salah satunya disebut parental
investment theory (teori investasi parental). Teori tersebut merupakan analisis perbedaan
biaya, atau investasi yang dibuat pria
versus wanita dalam mengasuh anak sepanjang usia. Ide intinya adalah perbedaan
biologis antarjenis kelamin menyebabkan wanita berinvestasi lebih besar dalam
pengasuhan anak. Para wanita dapat menurunkan gen mereka sedikit kepada
keturunanya dibandingkan dengan para pria. Hal tersebut terjadi, sebab selama
wanita berada dalam periode kehamilan yang berlawanan dengan pria. Dengan kata
lain, investasi parental lebih besar untak wanita karena “replacement sost”
yang lebih besar terhadap diri mereka.
Sedangkan pria tidak mengalami hal yang dialami wanita seperti hamil, hal
tersebut menyebabkan wanita memiliki preferensi yang lebih tinggi dan kriteria
yang berbeda dalam memilih pasangan daripada pria. Wanita membutuhkan pria
untuk membantu beban ketika hamil dan
membesarkan anak, sedangkan pria diperkirakan
lebih fokus pada potensi reproduksi pasangannya (kemudaan dan tanda
biologis kesuburan biologis lain).
Alasan kedua berkaitan dengan menjadi orangtua
(parenthood). Karena wanita yang mengalami kemahilan, maka mereka yakin bahwa
mereka adalah ibu dari keturunan mereka. Disisi lain, pria bisa menjadi tidak yakin
dengan keturunan mereka sendiri, karena itu mereka harus meyakini bahwa janin
yang ada dalam kandungan pasangan mereka adalah keturunan mereka bukan dari
pria lain. Hal tersebut menyebabkan pria meletakkan perhatian yang besar
terhadap pasangan intim mereka dan menempatkan nilai kesucian yang besar pada
calon pasangan mereka keimbang yang dilakukan wanita.
Beberapa hipotesis yang diperoleh dari parental
investment dan teori probabilitas parenthood:
1.
“ nilai” seorang
wanita dimata pria ditentukan oleh kemampuan reproduksinya sebagaimana yang
diindikasikan oleh kemudaan dan daya tarik fisik. Kesucian harus dinilai dalam
kerangka peningkatan kemungkinan menjadi orangtua.
2.
“ nilai” pria
dimata wanita tidak terlalu ditentukan oleh nilai reproduktif tetapi lebih
kepada bukti sumber daya yang dapat
disuplainya, sebagaimana yang dibuktikan oleh karakteristikseperti kemampuan
menghasilkan uang, ambisi, dan pekerja keras.
3.
Pria dan wanita
memiliki perbedaan dalam aktivitas yang mengaktifkan kecemburuan; pria lebih cemburu
terhadap penyelewengan seksual dan ancaman terhadap kemungkinan paternal, dan
wanita lebih perhatian terhadap kedekatan emosional dan ancaman kehilangan
sumber daya.
Penyebab
cemburu
D.M. Buss (1992)
melakukan tiga studi untuk menguji hipotesis perbedaan pada rasa
cemburu. Dalam studi pertama, sebanyak 60 persen sampel pria mengalami depresi
yang lebih besar terhadap ketidaksetiaan secara seksual pasangannya, dan 83
persen sampel wanita mengalami depresi
yang lebih besar melihat kedekatan pasangannya dengan sang rival. Dalam studi
kedua, pengukuran depresi psikologis diambil dengan membayangkan dua skenario,
salah satu skenario itu adalah pasangan mereka berselingkuh secara seksual
dengan orang lain dan pada skenario yang kedua adalah pasangan mereka
berselingkuh secara emosional dengan orang lain. Pada studi kedua ini,
ditemukan hasil yang bertolak belakang antara pria dan wanita, pria menunjukkan
depresi psikologis yang lebih besar dalam kaitannya dengan perselingkuhan
seksual pasangannya, dan wanita menunjukkan deprsi psikologis yang lebih besar
ketika pasangannya berselingkuh secara emosional.
Dalam studi ketiga, yang dieksplorsi adalah hipotesis
yang menyatakan bahwa pria dan wanita yang ernah melakukan hubungan seksual
akan menunjukkan hasil yang sama dengan studi sebelumnya, tetapi lebih besar
hasilnya dibandingkan pria dan wanita yang belum pernah terlibat dalam hubungan
seksual.
sumber : buku psikologi kepribadian Pervin Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar