happy bear stories

Sabtu, 06 April 2013

Pedagogi Praktis Abad ke 21


Pedagogi praktis 

Ketika masuk ke abad 21, banyak orang tertarik untuk mendiskusikan pedagogi, bahkan diberi nama Pedagogi Abad ke-21 yang dikenal juga sebagai pedagogi progresif (progressive pedagogy). Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk TIK memang telah melahirkan perubahan besar dalam pola pembelajaran.
Pedagogi tidak hanya berbicara mengenai seni dan ilmu mengajar, melainkan juga mendorong banyak orang untuk melakukan redesain dan pemahaman ulang atas bagaimana menggunakannya untuk merumuskan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan kemajuan zaman. Banyak ceramah dan lokakarya pedagogi telah digelar sejalan dengan kencangnya tuntutan reformasi sekolah dan lahirnya ide-ide besar yang harus dipertimbangkan ketika teoritisi dan praktisi pendidikan berpikir tentang pemberdayaan siswa sebagai penyambung generasi masa depan.
Pedagogi yang abstrak itu harus mampu menjelmakan sesuatu menjadi sesuatu yang konkret. Pedagogi tidak sekedar harus dipahami, melainkan juga bagaimana cara mengaplikasikannya.

Ilmiah dan Praktis

Sebagai ilmu atau teori dan seni atau praktik mengajar, pedagogi termasuk dalam kategori “pengetahuan pedagogis formal” dan “pengetahuan  “pedagogis vernakular”. Pedagogi formal bermakna pedagogi teoritis atau ilmiah, sedangkan pedagogi vernakular merupakan kata lain dari pedagogi praktis. Pedagogi formal atau pedagogi ilmiah merupakan upaya mengembangkan prinsip-prinsip dan teori-teori pedagogi yang efektif melalui penelitian yang sistematis, lebih abstrak, dan lebih umum dari pedagogi vernakular atau pedagogi praktis. Pedagogi formal atau teoritis didukung oleh pengalaman dasar yang kuat, istimewa, dan dibangun atas fondasi kajian empirik selama proses mengajar dan belajar.

Menurut Carpenter (2001) ada fungsi penelitian pedagogis :
  •  Untuk menghasilkan pengetahuan baru tentang pengajaran dan pembelajaran. Temuannya pada dasarnya bersifat nonliniear.
  • Untuk memungkinkan guru atau pendidik memahami, menjelaskan, membela, membenarkan, dan bila perlu memodifikasi pedagogi.

Jembatan antara pedagogi ilmiah dan pedagogi praktis juga meningkat melalui penggunaan penelitian ke bidang-bidang seperti metakognisi dan hasil pembelajaran bertahun-tahun. Bagi guru-guru, kekuatan pedagogi ilmiah adalah membuat pembelajaran semakin praktis dilihat dari prisma konsep teoritis.

Tidak semua guru dapat menimba pengalaman baru selama menjalani proses pembelajaran, dengan beberapa alasan :
  •  Informasi yang berlebihan
  •  Kurangnya waktu untuk berbagi pengetahuan
  • Tidak menggunakan teknologi untuk berbagi pengetahuan secara efektif
  • Kesulitan menangkap pengetahuan yang diperoleh, dan
  • Adanya pengekangan terhadap kreativitas.
Keterhubungan antara ilmu atau teori dan seni atau praktik pedagogi juga dapat dibangun melalui kerangka kebijakan yang mengkodifikasi pengetahuan pedagogis guru.

Studi Sistematik

Studi sistemik kepedagogian erat kaitannya dengan penerapan pedagogi, untuk membangun dan membuat keterhubungan itu perlu menelaah kaitan antara pedagogi praktis dan pedagogi ilmiah serta antara pedagogi dan standar profesional guru. Menurut Youth dan Lucas (1999) menjadi sangat penting bahwa profesi guru mengembangkan pendekatan sendiri untuk spesialisasi profesional di bidang pedagogi. Kerangka kerja  yang disarankan oleh Hallam dan Ireson, yang memungkinkan guru mengembangkan pendekatan mereka sendiri :
  • Pertimbangan tujuan pendidikan dan nilai-nilai yang mendukung pengajaran
  • Pengetahuan tentang teori belajar.
  • Pengetahuan tentang konsep-konsep yang berbeda dari mengajar
  • Pengetahuan tentang model pengajarran dan pembelajaran dan interaksi dinamis karakteristik siswa, karakteristik lingkungan belajar, tuntutan tugas, proses pengajaran dan pembelajaran, dan berbagai jenis pembelajaran
  •  Memahami bagaimana pedagogi dapat dioperasionalkan di dalam kelas
  • Pengetahuan dan keterampilan untuk mengevaluasi praktik, penelitian, dan teori yang berkaitan dengan pendidikan.
Kemampuan dan keterampilan pedagogi yang bersinergi dengan penguasaan standar profesional akan memunculkan penampilan guru sejati. Menurut Hallam dan Ireson (1999), yang perlu diprioritaskan menjadi perhatian adalah kebutuhan mendesak untuk bergerak ke arah, studi sistematis dan penerapan pedagogi. Ini berarti bahwa, penelitian pedagogis harus menjadi aturan emas bagi pengambil keputusan.

Tiga Tantangan

Berdasarkan laporan yang dikeluarkan Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD), diungkapkan mengenai perlunya perumusan kebijakan dan praktik pendidikan yang didukung oleh pengetahuan ini, dan juga diungkapkan secara eksplisit sejauh mana pedagogi sebagi ilmu pengetahuan akan mendukung kebijakan dan praktik pendidikan. Tiga aspek yang saling terkait untuk memahami dan akhirnya menyelesaikan masalah ini:

  1.   Codifying and communicating teachers’ practical pedagogical knowledge. Ada kebutuhan mendesak untuk mampu merepresentasi kodifikasi dari kebijaksanaan praktis pedagogis guru. Menurut Shulman (1987) masalah utama dalam mengajar adalah hilangnya pemahaman terhadap karya terbaik dari praktisi kontemporer bagi masa depan peserta didik. 
  2. Establishing system for shared scintific pedagogical knowledge management. Membangun sistem pedagogis untuk berbagi pengetahuan manajemen ilmiah dan menyediakan waktu yang cukup bagi guru untuk mengembangkan dan menerapkan pengetahuan ini 
  3. Developing a robust theoritical framework for the new science of pedagogy. Mengembangkan kerangka teori yang kuat terhadap ilmu baru pedagogi, memang dirasakan kesulitan dalam membangun sebuah teori pedagogi. Perdebatan mengenai teori pedagogi terus berlanjut, karena memang yang diperlukan untuk berubah tidak mudah mewujudkannya menjadi prestasi ang solid.
Pengembangan teoritis dan empiris dibidang pedagogi memberikan kendali bebas, namun wacana dan kebijakan seringkali memaksakan. Di indonesia misalnya, pencantuman kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial yang harus dimiliki oleh pendidik berikut indikator esensialnya telah memunculkan kesulitan pengembangan lebih lanjut. Sehingga seakan-akan semua orang yang berstatus “pendidik” harus memiliki kompetensi yang sama, pada tataran yang lebih luas hal ini bisa memangkas geliat ilmiah dan membonsai esensi pedagogi dan penelitian di lapangan yang relevan dengannya.
Harus diyakini bahwa siapa pun tidak mungki melakukan pemisahan paksa antara pengetahuan teoritis dan praktis serta teori kebijakan publik dalam pendidikan. Pemahaman akan pentingnya pengajaran dan pembelajaran akan mengarah pada pengakuan akan kebutuhan untuk semua jenis keterampilan guru dalam mengajar dan teori belajar itu sendiri.


Sumber :
Danim, S. (2010). Pedagogi, Andragogi, dan Heutagogi. Bandung: Alfabeta.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar